Selasa, 08 November 2016

KEBUDAYAAN TATA CARA ADAT UPACARA PERNIKAHAN JAWA


KEBUDAYAAN TATA CARA ADAT UPACARA PERNIKAHAN JAWA

1.     Adat pernikahan Jawa Tengah yang pertama Ritual Nontoni. Ritual ini merupakan ritual yang biasa dilakukan oleh pihak pria sebelum proses perjodohan dilakukan di mana pihak pria atau wakilnya mendatangi wanita untuk menanyakan apakah sudah memiliki pilihan atau belum. Jika memang benar-benar cocok maka akan dilakukan ritual yang selanjutnya.

2.  Ritual panembung : Panembung diartikan lamaran oleh pihak laki-laki disertai beberapa keluarga dan sesepuh atau orang yang dituakan di lingkungan tempat tinggal pihak laki-laki. Setelah pihak laki-laki menyampaikan maksud kedatangannya, orang tua pihak perempuan tidak langsung menjawab boleh atau tidak putrinya diperistri. Untuk menjaga kesopanan, orang tua pihak perempuan akan menanyakan ke putrid mereka terlebih dahulu apakah lamaran mau diterima atau tidak. Jawaban ini tentu saja dimaksudkan agar tidak mendahului kehendak yang akan menjalankan pernikahan itu, yaitu sang gadis dan juga agar tidak menurunkan wibawa pihak keluarganya. Pihak laki-laki dimohon bersabar menunggu jawaban dari pihak perempuan yang biasanya akan memberikan jawaban sekitar sepasar atau 5 hari

3  .  Paningset. Peningset yang berasal dari kata ‘singset’ atau langsing, memiliki arti untuk mempersatukan. Apabila sang gadis bersedia dijodohkan dengan laki-laki yang melamarnya, maka jawaban akan disampaikan kepada pihak keluarga laki-laki. Sesudahnya, orang tua pihak laki-laki akan berkunjung ke kediaman pihak perempuan dengan maksud membuat ikatan dan melakukan pembicaraan lamaran dengan “pasrah peningset” atau sarana pengikat perjodohan berupa cincin, seperangkat busana wanita, perhiasan, makanan tradisional, buah-buahan, daun sirih, dan uang.


4.     Setelah tahap pranikah di atas maka selanjutnya adalah tahapan pada saat prosesi pernikahan yang dimulai dengan ritual sowan luhur. Tradisi ini adalah mengunjungi makam para leluhur dari kedua mempelai.


 5.     Wilujengan. Sesi ini merupakan ritual   memohon keselamatan kepada Tuhan  akan diselenggarakannya hajatan.      Ritual ini terdapat syarat yang            harus dipenuhi berupa nasi dan             lauk pauknya lengkap dengan         ingkung atau ayam yang dimasak utuh.





 6. Pasang tarub. Merupakan tradisi membuat ‘bleketepe’ atau anyaman daun kelapa untuk dijadikan atap atau peneduh resepsi manton. Tatacara ini mengambil ‘wewarah’ atau ajaran Ki Ageng Tarub, salah satu leluhur raja-raja Mataram. Saat mempunyai hajat menikahkan anaknya Dewi Nawangsih dengan Raden Bondan Kejawan, Ki Ageng membuat peneduh dari anyaman daun kelapa. Hal itu dilakukan dkarena rumah Ki Ageng uang kecil tidak dapat memuat semua tamu, sehingga tamu yang diluar diteduhi dengan ‘payon’ itu ruang yang dipergunakan untuk para tamu Agung yang luas dan dapat menampung seluruh tamu. Kemudian payon dari daun kelapa itu disebut ‘tarub’, berasal dari nama orang yang pertama membuatnya. Tatacara memasang tarub adalah bapak naik tangga sedangkan ibu memegangi tangga sambil membantu memberikan ‘bleketepe’ (anyaman daun kelapa). Tatacara ini menjadi perlambang gotong royong kedua orang tua yang menjadi pengayom keluarga.


 7.  Tradisi pasang tuwuhan yang dimaksudkan agar kelangsungan rumah tangga bagi kedua mempelai akan memperoleh kesejahteraan. Tuwuhan atau tumbuhan yang dijadikan symbol antara lain pisang raja yang sudah masak, tebu wulung, cengkir gading, daun randhu, pari dan dedaunan yang bermacam-macam yang masing –masing mewakili maksud tertentu.



  8.     Adat pernikahan Jawa Tengah selanjutnya adalah Tradisi siraman. Tradisi ini merupakan tradisi yang unik di mana calon mempelai dimandikan dengan cara dan aturan khusus yang telah dipergunakan secara turun temurun. Baik jumlah orang yang melakukan siraman, tata cara dan bunga yang ada dalam siraman semuanya mengandung makna filosofi sendiri.

9.     Sengkeran. Kita mengenal tradisi ini sebagai pingitan di mana mempelai tidak boleh peri keluar rumah selama masa ini.


10.
Midodareni. Ini adalah malam terakhir bagi kedua calon mempelai sebagai bujang dan dara sebelum melangsungkan pernikahan ke esokan harinya. Ada dua tahap upacara di kediaman  calon mempelai  putri. Tahap pertama, upacara 'nyantrik', untuk  meyakinkan bahwa calon mempelai putra akan hadir pada upacara pernikahan yang waktunya sudah ditetapkan. Kedatangan calon mempelai putra diantar oleh wakil orangtua, para sepuh, keluarga serta kerabat untuk menghadap calon mertua.Ijab Panikah. ijab ini dilakukan sesuai dengan tata cara dan agama yang dianut oleh mempelai berdua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar